Kamis, 24 September 2009

Appreciation for Them

Minal Aidin Wal Fa'idzin, maafkan lahir dan batin ....

Masih dalam semangat idul fitri, saya ingin menyampaikan maaf yang sebesar-besarnya untuk orang-orang yang mungkin pernah saya sakiti, ataupun yang mungkin kelak akan saya sakiti.

Sudah tiga hari berlalu Idul Fitri tahun ini, tapi nuansanya masih benar-benar terasa. Orang-orang yang mudik masih belum pada pulang, bahkan sepertinya ada yang baru mudik hari ini. Kegiatan bermaaf-maafan pun masih terus berlangsung. Di kampung saya, tradisi bermaaf-maafan berlangsung malam hari ketika hari-H idul fitri. Kami berpindah dari satu rumah ke rumah lain untuk saling bermaaf-maafan. Hampir semua orang melakukannya. Tapi keesokan harinya masih ada beberapa orang yang melakukannya lagi. Biasanya mereka yang tidak sempat keliling pada hari pertama, entah karena masih di rumah kerabat jauh, masih belum pulang, atau ada acara yang bagus di televisi sehingga tidak bisa ditinggal (yang terakhir ini tidak nyata, kalau ada kesamaan penulis mohon maaf). Bahkan sampai hari ini pun masih ada tetangga saya yang berkeliling kampung menampung pemberian maaf. Ternyata selama dua hari kemarin kerjanya tidak libur. Tetap masuk, meskipun agak siang. Termasuk hari ini. Tapi hal tersebut tidak menghalanginya untuk ikut merayakan hari nan fitri.

Kadang saya berpikir tentang orang-orang yang tidak libur selama lebaran ini. Bahkan bisa dibilang beban pekerjaan mereka naik dua kali lipat selama lebaran. Salah satunya seperti tetangga saya tadi. Dia bekerja di sebuah pusat perbelanjaan yang cukup besar di Surabaya. Selama bulan Ramadhan dan lebaran, jumlah orang yang berbelanja naik dua kali lipat dibanding waktu-waktu lainnya (berdasarkan data dari Badan Pusat Perkira-kiraan). Tentu saja tetangga saya tersebut juga harus bekerja ekstra supaya dapat memuaskan pelanggan. Orang-orang yang tidak mudik tentu saja pelariannya kalau tidak ke tempat-tempat wisata atau ke pusat perbelanjaan. Bayangkan saja jika tempat-tempat tersebut ikut-ikutan libur. Bisa melongo selama lebaran. Jadi Anda pasti tahu betapa pentingnya peran orang-orang seperti mereka dalam masyarakat kita.

Selain orang-orang yang bekerja di tempat-tempat wisata dan pusat perbelanjaan, masih banyak lagi profesi yang sangat penting kehadirannya selama libur lebaran ini demi berlangsungnya peradaban. Banyak di antara mereka yang fungsinye memuluskan perjalanan kita selama mudik, seperti polisi, petugas transportasi masal, petugas kesehatan, petugas tol, petugas pom bensin, dan masih banyak lagi. Termasuk juga insan-insan media yang terus up-to-date memberitakan kondisi jalan supaya para pemudik bisa merencanakan perjalanan dengan tepat. Berkat insan-insan media kita juga bisa tetap mengetahui perkembangan informasi di dunia meskipun sedang libur. Bisa dibayangkan jika orang-orang tersebut suatu saat turun ke jalan, demo minta diadakan libur lebaran untuk mereka, dan pihak pemerintah mengabulkannya. Bisa mangkrak seluruh negara dan timbul kekacauan di mana-mana.

Mengingat betapa pentingnya peran orang-orang yang saya sebutkan di atas dalam masyarakat kita, sudah sepantasnya kita berikan apresiasi yang tinggi pada mereka. Kadang kita sering lupa akan hal ini dan memperlakukan mereka kurang sepantasnya. Mungkin bersikap agak ketus, cuek, dan sikap-sikap buruk lainnya. Mulailah mengubah sikap seperti itu, paling tidak berikanlah sebuah senyuman ketika mereka melayani kita. Sebagai pelayan masyarakat, tentu mereka akan sangat senang ketika orang-orang yang mereka layani merasa puas. Sebuah senyuman, tidak hanya menunjukkan bahwa kita puas tapi juga mengandung seribu makna terima kasih. Kalaupun mereka melakukan sebuah kesalahan selama pelayanan, janganlah langsung menghardik mereka, coba ingatkan dengan baik-baik. Jadi selesaikan masalah di depan, jangan selesaikan di belakang (baca: berantem). Sebagai pelayan dan orang yang dilayani, sudah seharusnya kita mengembangkan hubungan yang mutualisme. Kita senang karena mendapatkan pelayanan yang baik, tujuan kita tercapai, mereka juga senang karena bisa memberikan pelayanan yang memuaskan dan mendapat penghasilan lebih.

Akhir kata, saya mengucapkan mohon maaf lahir batin yang sebesar-besarnya jika tulisan saya menyinggung pihak-pihak tertentu. Sebagai informasi, tulisan ini telah melalui proses penyuntingan tanpa mengurangi esensinya. Selamat idul fitri untuk semua rakyat Indonesia. Di mana pun atau dengan siapa pun Anda merayakannya, rayakanlah dengan hati yang lapang. Peace!!

Rabu, 23 September 2009

Appreciation for Them

Minal Aidin Wal Fa'idzin, maafkan lahir dan batin ....

Masih dalam semangat idul fitri, saya ingin menyampaikan maaf yang sebesar-besarnya untuk orang-orang yang mungkin pernah saya sakiti, ataupun yang mungkin kelak akan saya sakiti.

Sudah tiga hari berlalu Idul Fitri tahun ini, tapi nuansanya masih benar-benar terasa. Orang-orang yang mudik masih belum pada pulang, bahkan sepertinya ada yang baru mudik hari ini. Kegiatan bermaaf-maafan pun masih terus berlangsung. Di kampung saya, tradisi bermaaf-maafan berlangsung malam hari ketika hari-H idul fitri. Kami berpindah dari satu rumah ke rumah lain untuk saling bermaaf-maafan. Hampir semua orang melakukannya. Tapi keesokan harinya masih ada beberapa orang yang melakukannya lagi. Biasanya mereka yang tidak sempat keliling pada hari pertama, entah karena masih di rumah kerabat jauh, masih belum pulang, atau ada acara yang bagus di televisi sehingga tidak bisa ditinggal (yang terakhir ini tidak nyata, kalau ada kesamaan penulis mohon maaf). Bahkan sampai hari ini pun masih ada tetangga saya yang berkeliling kampung menampung pemberian maaf. Ternyata selama dua hari kemarin kerjanya tidak libur. Tetap masuk, meskipun agak siang. Termasuk hari ini. Tapi hal tersebut tidak menghalanginya untuk ikut merayakan hari nan fitri.

Kadang saya berpikir tentang orang-orang yang tidak libur selama lebaran ini. Bahkan bisa dibilang beban pekerjaan mereka naik dua kali lipat selama lebaran. Salah satunya seperti tetangga saya tadi. Dia bekerja di sebuah pusat perbelanjaan yang cukup besar di Surabaya. Selama bulan Ramadhan dan lebaran, jumlah orang yang berbelanja naik dua kali lipat dibanding waktu-waktu lainnya (berdasarkan data dari Badan Pusat Perkira-kiraan). Tentu saja tetangga saya tersebut juga harus bekerja ekstra supaya dapat memuaskan pelanggan. Orang-orang yang tidak mudik tentu saja pelariannya kalau tidak ke tempat-tempat wisata atau ke pusat perbelanjaan. Bayangkan saja jika tempat-tempat tersebut ikut-ikutan libur. Bisa melongo selama lebaran. Jadi Anda pasti tahu betapa pentingnya peran orang-orang seperti mereka dalam masyarakat kita.

Selain orang-orang yang bekerja di tempat-tempat wisata dan pusat perbelanjaan, masih banyak lagi profesi yang sangat penting kehadirannya selama libur lebaran ini demi berlangsungnya peradaban. Banyak di antara mereka yang fungsinye memuluskan perjalanan kita selama mudik, seperti polisi, petugas transportasi masal, petugas kesehatan, petugas tol, petugas pom bensin, dan masih banyak lagi. Termasuk juga insan-insan media yang terus up-to-date memberitakan kondisi jalan supaya para pemudik bisa merencanakan perjalanan dengan tepat. Berkat insan-insan media kita juga bisa tetap mengetahui perkembangan informasi di dunia meskipun sedang libur. Bisa dibayangkan jika orang-orang tersebut suatu saat turun ke jalan, demo minta diadakan libur lebaran untuk mereka, dan pihak pemerintah mengabulkannya. Bisa mangkrak seluruh negara dan timbul kekacauan di mana-mana.

Mengingat betapa pentingnya peran orang-orang yang saya sebutkan di atas dalam masyarakat kita, sudah sepantasnya kita berikan apresiasi yang tinggi pada mereka. Kadang kita sering lupa akan hal ini dan memperlakukan mereka kurang sepantasnya. Mungkin bersikap agak ketus, cuek, dan sikap-sikap buruk lainnya. Mulailah mengubah sikap seperti itu, paling tidak berikanlah sebuah senyuman ketika mereka melayani kita. Sebagai pelayan masyarakat, tentu mereka akan sangat senang ketika orang-orang yang mereka layani merasa puas. Sebuah senyuman, tidak hanya menunjukkan bahwa kita puas tapi juga mengandung seribu makna terima kasih. Kalaupun mereka melakukan sebuah kesalahan selama pelayanan, janganlah langsung menghardik mereka, coba ingatkan dengan baik-baik. Jadi selesaikan masalah di depan, jangan selesaikan di belakang (baca: berantem). Sebagai pelayan dan orang yang dilayani, sudah seharusnya kita mengembangkan hubungan yang mutualisme. Kita senang karena mendapatkan pelayanan yang baik, tujuan kita tercapai, mereka juga senang karena bisa memberikan pelayanan yang memuaskan dan mendapat penghasilan lebih.

Akhir kata, saya mengucapkan mohon maaf lahir batin yang sebesar-besarnya jika tulisan saya menyinggung pihak-pihak tertentu. Sebagai informasi, tulisan ini telah melalui proses penyuntingan tanpa mengurangi esensinya. Selamat idul fitri untuk semua rakyat Indonesia. Di mana pun atau dengan siapa pun Anda merayakannya, rayakanlah dengan hati yang lapang. Peace!!