Selasa, 26 April 2016

Fundamental Things About Freeletics


Beberapa waktu yang lalu, saya sempat menulis pengalaman saya ikut freeltics pertama kali (bisa anda lihat di sini). Di luar dugaan, tulisan saya tersebut cukup banyak dikunjungi (berdasarkan data statistik di blogger.com). Bahkan kalau saya mengetik kata kunci "freeletics" di google, tulisan saya tersebut muncul di halaman pertama pada urutan nomor enam. Saya juga terkejut. Bukan, bukan karena tulisan saya bagus, tapi tampaknya belum banyak yang mengulas tentang freeletics.

Freeletics sendiri memang termasuk cabang olahraga baru. Saya juga baru mengenalnya dari teman saya yang merupakan pendiri komunitas freeletics di Sidoarjo, kota tempat tinggal saya. Dan sejak itu saya mulai rajin ikut latihan, meskipun masih belum bisa rutin datang.

Apa sih freeletics? Mungkin masih banyak yang belum tahu. Ketika saya menceritakan kepada teman-teman saya tentang olahraga ini mereka juga masih asing. Jadi saya coba untuk mengulasnya sedikit di sini berdasarkan informasi yang saya sadur dari situs freeletics.com.

Freeletics merupakan olahraga untuk melatih kekuatan, kecepatan, dan daya tahan tubuh. Bagi yang ingin membentuk tubuh, olahraga ini sangat sesuai. Bahkan dalam situs freeletics.com, disarankan bagi siapa pun yang melakukan freeletics untuk mengambil foto badan secara berkala supaya dapat dilihat perkembangan bentuk tubuh dari awal melakukan latihan dan setelah rutin melakukan latihan.

Freeletics tidak menggunakan alat bantu tertentu. Meskipun ada beberapa gerakan yang menggunakan bantuan alat, misalnya pull-up, namun sebagian besar gerakan yang dilakukan dalam olahraga ini murni menggunakan berat tubuh kita sendiri. Jadi tidak seperti apabila kita berolahraga di gym atau fitness yang menggunakan alat-alat berat.

Pull-up, salah satu latihan dalam freeletics yang memerlukan alat bantu.
Sumber: https://www.freeletics.com/en/bodyweight/coach/get

Freeletics terdiri atas tiga jenis latihan: workout, excercise, dan running. 

Workout adalah beberapa set latihan yang harus diselesaikan dalam urutan dan jumlah yang persis sama dengan yang telah ditetapkan.Workout dapat dilakukan dalam berbagai tipe dan volume tergantung dari jenis latihannya, apakah untuk daya tahan kardiovaskular, atau untuk kekuatan dan daya tahan otot.

Excercise adalah sejumlah repetisi yang dilakukan untuk satu gerakan. Excercise dapat berupa repetisi rendah hingga repetisi tinggi, untuk melatih kekuatan, kecepatan, dan stamina.

Run atau lari merupakan jarak tertentu yang harus ditempuh, dan dilakukan dengan lari sprint dalam jarak sedang ataupun jauh. Berlari merupakan latihan yang tepat untuk meningkatkan daya tahan kardiovaskular dan juga untuk melengkapi program latihan kekuatan.

Berlari dapat menjadi latihan kardio sekaligus untuk meningkatkan kekuatan.
Sumber: https://www.freeletics.com/en/bodyweight/coach/get

Semua latihan di atas dilakukan dalam batas waktu tertentu. Anda harus menyelesaikan semuanya secepat mungkin. Ukuran performa dalam olahraga ini adalah durasi waktu latihan anda.

Lalu, di mana olahraga freeletics ini dilakukan? Freeletics dapat dilakukan di mana pun. Di taman, lapangan olahraga, tempat fitness, atau bahkan di rumah. Dan anda bisa melakukannya secara individu maupun berkelompok.

Jika anda lebih suka melakukannya secara berkelompok, ada banyak komunitas-komunitas freeletics yang bisa anda ikuti. Misalnya freeletics Jakarta atau freeletics Surabaya. Bagi Anda yang tinggal di Sidoarjo, anda bisa bergabung dengan komunitas freeletics Sidoarjo. Latihan rutinnya setiap hari Rabu pukul 19.30 WIB di Paseban Alun-alun Sidoarjo, serta hari Sabtu pukul 07.00 WIB di taman timur Alun-alun Sidoarjo (dekat perempatan lampu merah Diba). Di sini anda bisa latihan bersama, dipandu oleh trainer yang sudah berpengalaman dalam bidang freeletics.

Bagi anda yang mungkin tidak sempat datang ke latihan komunitas atau lebih suka berolahraga sendiri, anda bisa download aplikasi freeletics secara gratis di android playstore ataupun app store di iphone. Kalau di komunitas anda dipandu oleh trainer, di aplikasi pun juga ada panduan latihan yang bisa anda lakukan secara mandiri.

Push-up, salah satu latihan inti di dalam freeletics.
Sumber: https://www.freeletics.com/en/bodyweight/coach/get

Di awal, mungkin anda akan merasa kepayahan dan merasa nyeri setelah latihan. Namun apabila anda sudah rutin melakukan freeletics, daya tahan anda akan semakin meningkat dan dapat dengan mudah melakukan gerakan-gerakan yang pada mulanya sulit bagi anda. Yang penting, jangan menyerah dan teruslah berlatih.

"Pain may be temporary, but glory will last forever."

Minggu, 24 April 2016

Kopi Luwak Bali

Dalam film The Bucket List, karakter yang diperankan Jack Nicholson membaca sebuah surat dari sahabatnya, yang diperankan Morgan Freeman, menyatakan bahwa kopi luwak merupakan kopi termahal di dunia. Saya tidak tahu apakah memang betul-betul paling mahal sedunia atau tidak, tapi yang jelas kopi luwak ini termasuk mahal untuk ukuran dompet saya.



Pertama kali saya mencicipi kopi luwak, yaitu sekitar enam tahun yang lalu di sebuah cafe di Tunjungan Plaza. Cafe ini masih satu grup dengan PTPN, jadi bahan-bahan yang digunakan merupakan produk dari PTPN sendiri. Pelayannya mengatakan kepada kami bahwa kopi luwak di cafe tersebut cukup terkenal di antara pelancong luar negeri yang datang ke Surabaya. Pernah suatu waktu ada kapal AL dari Negeri Paman Sam yang merapat ke Tanjung Perak, dan para awaknya memborong kopi luwak. Padahal waktu itu harga satu cangkir kopi luwak adalah Rp. 100.000,-.

Apa yang membuat kopi luwak begitu mahal? Selain karena kualitas rasa dan aroma, proses pembuatannya juga terbilang cukup rumit. Berikut informasi yang saya dapat dari wikipedia :

"Early production began when beans were gathered in the wild from where a civet would defecate as a means to mark its territory. On farms, civets are either caged or allowed to roam within defined boundaries.

Coffee berries are eaten by a civet for their fruit pulp. After spending about a day and a half in the civet's digestive tract the beans are then defecated in clumps, having kept their shape and still covered with some of the fleshy berry's inner layers.

Despite being in contact with faeces and pathogenic organisms, the beans contain negligible amounts of the enteric (pathogenic) organisms associated with feces. Moreover, the "cherry" or endocarp surrounding the bean is not completely digested by the luwak, and after being collected, the farmer performs thorough washing and removes the endocarp. The final roasting of the beans would, additionally, eliminate any remaining bacteria."

Jadi pada intinya biji kopi yang selanjutnya akan diolah menjadi minuman ini, harus dimakan dan dicerna terlebih dulu oleh luwak untuk kemudian dikeluarkan bersama dengan fesesnya. Biji-biji hasil pencernaan tersebut kemudian dicuci dan dikupas kulit arinya. Setelah itu biji-biji tersebut disangrai untuk melenyapkan bakteri yang tersisa. Setelah itu biji kopi bisa digiling menjadi bubuk kopi yang siap minum.

Biji kopi luwak sebelum diproses lebih lanjut. Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kopi_luwak

Saya pernah mencoba proses pencucian dan pengelupasan kulit ari biji kopi luwak. Ternyata memang tidak mudah. Jadi tidak heran kalau harga jual kopi luwak dibandrol cukup tinggi.

Perlu saya perjelas bahwa kopi luwak yang saya maksud di sini adalah kopi luwak asli yang mengalami proses seperti disebutkan di atas, bukan kopi luwak yang menjadi merek beberapa minuman kopi instan yang akhir-akhir banyak terdapat di pasaran. Anda bisa saja berpendapat bahwa kopi luwak itu murah, karena bisa didapat di mana sana, mulai dari toko kelontong di kampung sampai minimarket, dengan harga yang miring sekali. Dengan sangat menyesal saya katakan bahwa yang anda maksud itu bukan kopi luwak sebenarnya, tapi hanya mereknya saja. Isinya? Hanya kopi susu instan biasa yang sering kita jumpai pada merek-merek lain.

Ini dia si luwak. Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Kopi_Luwak

Lalu di mana kalau ingin mencoba kopi luwak yang asli? Anda bisa mencoba di Cafe Rolas, cafe yang saya ceritakan di atas. Atau kalau anda ingin yang otentik, anda bisa mencobanya langsung di beberapa tempat di Indonesia yang memang terkenal sebagai penghasil kopi luwak. Salah satunya adalah Bali, dan lebih tepatnya di daerah Ubud.

Kalau anda pergi ke Ubud, anda pasti akan menemukan cafe ataupun warung kopi yang menawarkan kopi luwak. Kopi luwak yang ditawarkan di sini tentunya kopi luwak asli, bukan merek kopi luwak instan. Anda bisa tahu dari aroma dan rasanya yang khas dan sangat nikmat. Tidak terlalu pahit namun sangat pas di lidah. Jack Nicholson dan Morgan Freeman saja mengakuinya di film The Bucket List.

Saya sebenarnya bukan penggemar fanatik kopi. Saya minum kopi kalau kondisi darurat saja, misalnya tiba-tiba mengantuk saat lagi menyetir, atau harus terjaga saat berada di meeting yang membosankan (yang ini rahasia ya hehe). Saya tidak terbiasa minum kopi saat pagi hari seperti orang kebanyakan. Kenapa begitu? Asam lambung saya termasuk berlebih, sehingga kalau habis minum kopi pasti akan mual, meskipun minumnya setelah makan. Dan itu berlaku pada hampir semua kopi, mau itu kopi susu, kopi putih, terlebih kopi hitam. Namun anehnya, gejala mual pasca minum kopi tidak saya alami ketika minum kopi luwak.

Karena dampaknya yang tidak biasa bagi tubuh saya ini, kemarin saya sempat membeli satu kantong kecil bubuk kopi luwak sebagai oleh-oleh dari Bali. Satu kantong berisi 50 gram kopi seharga Rp. 50.000,-. Cukup mahal kalau dibandingkan dengan kopi-kopi lain yang biasa kita beli. Namun untuk kualitas, harga tersebut bagi saya relatif murah.


Kemasan Kopi Luwak Bali tampak depan. Sumber: koleksi pribadi
Kemasan Kopi Luwak Bali tampak belakang. Diproduksi oleh Mangsi Coffee. Sumber: koleksi pribadi





Selain kopi luwak, saya juga sempat membeli satu bungkus kopi rempah khas Bali. Saya akan mengulasnya pada catatan selanjutnya. Dan kalau anda ingin membaca tentang luwak yang menghasilkan kopi ini, silahkan anda baca di catatan saya sebelumnya.

Sampai jumpa dan selamat menikmati kopi anda hari ini.

Rabu, 20 April 2016

Makhluk Penjeruji

Louie mengendap-endap di balik semak-semak. Dilihatnya dua sosok makhluk sangat besar sedang berada di tempat ia biasa bermain.

Louie belum pernah melihat makhluk seperti itu. Bentuknya aneh dan cara berjalannya pun tidak sama dengan dia.

Kedua makhluk ini tampak sedang mengais-ngais tanah, seolah sedang mencari sesuatu. Semakin lama, mereka berjalan ke arah Louie berdiri. Dengan sigap, Louie segera berlari sebelum salah satu dari makhluk itu melihat dirinya.

Louie berlari kencang dan tidak menoleh ke belakang. Jantungnya berdetak begitu kencang, hampir sekencang larinya.

"Ibu, ibu!!!" teriak Louie begitu melihat ibunya.

"Ada apa anakku? Jangan berlari-lari dan berteriak-teriak seperti itu. Yang lain akan mengira kau habis melihat hantu."

"Bukan hantu, Ibu. Aku melihat sesuatu yang jauh lebih buruk."

"Apa yang kau lihat, Sayang?"

"Aku melihat makhluk yang sangat aneh. Ukurannya sangat besar dan cara berjalannya sangat berbeda dengan kita ataupun hewan-hewan yang pernah aku lihat. Mereka sedang mengais-ngais tanah di dekat tempat Ibu biasa mengajakku untuk memetik kopi."

Wajah ibu Louie langsung berubah pucat. Matanya menerawang jauh seolah teringat sesuatu yang teramat buruk.

"Apakah mereka melihatmu? Apakah mereka mengikutimu kemari?" tanya Ibu kepada Louie.

"Kurasa tidak. Aku berlari sejauh mungkin sebelum mereka melihatku. Aku sangat takut, Ibu."

"Anak pintar. Kau memang seharusnya takut dengan mereka. Kau harus menjauh dari mereka. Jangan sekali-sekali mencoba untuk menantang mereka."

"Makhluk apa mereka itu, Ibu?"

"Kita tidak membicarakan tentang mereka. Aku bahkan bergidik hanya untuk memikirkan mereka. Makhluk-mahluk itu telah banyak berbuat buruk terhadap kaum kita."

"Apa yang telah mereka lakukan? Bagaimana Ibu bisa tahu? Apa Ibu pernah bertemu mereka?"

"Kau terlalu banyak bertanya, anakku. Tapi ada baiknya aku menceritakan semua kepadamu supaya kau bisa lebih waspada seandainya bertemu mereka lagi. Duduklah dahulu supaya kau lebih tenang.

Bertahun-tahun yang lalu, ibu pernah tinggal dengan makhluk-makhluk ini. Ibu bahkan dilahirkan di dunia mereka. Ibu tidak mengenal dunia di luar selain Ibu berada.

Ibu diletakkan di dalam sebuah tempat yang dikelilingi oleh jeruji besi. Ibu dan semua kerabat Ibu lahir dan besar di balik jeruji tersebut.

Kami diberi makan oleh makhluk-makhluk ini. Mereka tidak pernah membiarkan kami kelaparan. Kau mungkin berpikir mereka adalah makhluk yang baik hati karena telah berbuat demikian. Tapi meletakkan kami semua di balik jeruji seumur hidup kami, tidak akan bisa ditebus dengan hanya memberikan kami makan yang layak.

Kebebasan merupakan harta yang tak ternilai. Tapi ibu tidak pernah menyadari semua itu sebelum bertemu ayahmu. Ia sosok yang sangat bebas dan tidak bisa dikekang.

Ayahmu tidak dilahirkan dan dibesarkan di balik jeruji seperti Ibu. Ia berasal dari alam kebebasan, di mana ia bisa dengan sesuka hati pergi ke mana pun.

Awalnya Ibu mengira kehidupan di balik jeruji adalah hidup yang paling baik. Karena hanya itu yang Ibu tahu. Dari yang Ibu alami ataupun dari cerita-cerita kerabat Ibu. Mereka mengatakan hal-hal yang buruk tentang dunia di luar sana. Hanya di sini lah, dunia di balik jeruji, kau akan aman dan selalu kenyang. Tapi mereka salah.

Para makhluk ini punya kebiasaan unik ketika memberi kami makan. Mereka akan menggiring kami ke tempat yang lebih luas dari tempat kami biasa tidur, namun tetap di balik jeruji. Di sana kami di biarkan memilih makanan apa pun yang kami suka. Di antara makanan favorit kami adalah kopi.

Kopi memang terasa enak, namun kaum kita tidak bisa mencernanya dengan baik. Sehingga seringkali kopi yang telah kita makan akan keluar lagi bersama dengan kotoran yang kita keluarkan.

Para makhluk ini seringkali mencari sisa-sisa kopi di antara kotoran kami. Sungguh biadap. Entah apa yang akan mereka lakukan dengan itu. Salah seorang kerabat Ibu bilang bahwa mereka membuat minuman dari sisa kopi di kotoran kami. Mereka memang makhluk yang aneh.

Suatu hari, ketika acara makan berlangsung, tanpa sengaja Ibu melihat ayahmu berada di balik jeruji, di dunia bebas. Ia berlari ke sana kemari sambil menggoda Ibu. Pada saat itu juga Ibu jatuh cinta padanya. Sejak saat itu Ibu tidak pernah bisa berhenti memikirkan Ayahmu.

Saat Ibu menceritakan hal ini kepada kerabat Ibu, mereka menyuruhku untuk tidak menemuinya lagi. Dengan alasan bahwa ayahmu tidak baik untuk Ibu. Masih banyak laki-laki lain yang lebih baik di dunia yang aman ini.

Tapi Ibu tidak ingin laki-laki lain, Ibu hanya mencintai ayahmu. Kami sering bertemu diam-diam ketika acara makan berlangsung. Ketika ada kerabat Ibu yang datang atau salah satu dari makhluk besar itu mendekat kami akan segera berpisah. Ayahmu berusaha supaya tidak tertangkap oleh makhluk-makhluk ini karena ia telah menyusun rencana untuk membebaskan Ibu.

Dan akhirnya pada hari yang ditentukan, Ibu berhasil melarikan diri bersama ayahmu. Kami berlari sejauh mungkin dari dunia di balik jeruji itu. Ibu tidak ingin kembali ke sana. Dan Ibu telah memutuskan hal yang benar. Karena kami telah mendapatkan anugrah terindah yang pernah ada, yaitu dirimu."

Louie belum pernah mendengar cerita ini sebelumnya dari siapapun. Kekaguman Louie terhadap kedua orang tuanya semakin bertambah.

"Tapi Ibu, apa nama makhluk-makhluk ini?" tanya Louie yang masih ingin tahu.

"Mereka menyebut diri mereka manusia. Dan mereka menyebut kaum kita luwak. Mereka suka mencari sisa-sisa biji kopi dalam kotoran kita. Mereka akan melakukan apapun untuk bisa mendapatkan sebanyak-banyaknya, termasuk menangkap kaum kita yang bebas dan meletakkannya di balik jeruji besi untuk beranak pinak di sana sehingga memberikan banyak biji kopi untuk mereka."

"Aku takut sekali, Ibu."

"Janganlah kau takut, anakku. Selama ayah dan ibu berada di sisimu, kami akan melindungimu dengan segenap jiwa raga kami. Kau juga harus gentar sehingga bilamana kau sendirian kau mampu menyelamatkan dirimu sendiri. Sekarang mari kita pulang. Ayahmu mungkin sudah mencari kita sekarang."

Louie pergi mengikuti ibunya, ke arah rumah mereka di alam bebas. Sejauh mungkin menghindar dari para makhluk yang akan menempatkan mereka di balik jeruji.

Kamis, 14 April 2016

Bunker Tua dan Kaca Ajaib (part 1)

Dari judul di atas sepertinya postingan saya kali ini agak berbau mistis ya? Padahal tidak sama sekali. Hanya saja saat saya menulis postingan ini, saya sambil mendengarkan soundtrack dari filmnya Tim Burton yang berjudul Corpse Bride. Jadi agak creepy bin spooky gitu. Tapi jangan khawatir, tetap ada hubungannya kok antara judul di atas dengan isi postingan kali ini.

Pada postingan saya yang lalu, saya sempat menceritakan bahwa saya sedang sibuk mempersiapkan meeting HRD di wilayah Indonesia Timur. Jadi akan ada beberapa manajer HRD dari luar propinsi yang akan datang ke kantor saya. Oke kita tidak akan membahas meetingnya. Bagian yang menarik adalah di hari ke-2 (fyi, meetingnya memang cuman 2 hari), ada agenda city tour. City tour di Surabaya, apa menariknya? Sudah panas, macet, banyak polusi, mau lihat apaan? Eits, jangan salah. Di Surabaya ada yang namanya Heritage Bus. Ini adalah program wisata yang diprakarsai oleh House of Sampoerna, sebuah museum di Surabaya Utara yang menampilkan sejarah rokok di Indonesia serta sejarah dari PT HM Sampoerna sendiri.

Nama programnya adalah Surabaya Heritage Track. Wisatawan diajak berkeliling ke beberapa daerah bersejarah di Surabaya, menaiki sebuah bus yang dimodel seperti trem listrik yang pernah populer di jamannya, sambil dijelaskan mengenai sejarah di balik ikon-ikon sejarah kota Surabaya. Seems boring? Jangan su'udzon dulu. Banyak cerita menarik yang tidak kita duga dibalik bangunan-bangunan bersejarah tersebut. Apalagi tour guidenya juga menjelaskan dengan gaya yang menarik.

Heritage Bus

Suasana di dalam bus. Maafkan gambarnya kurang terang

Tournya sendiri terbagi menjadi tiga jadwal setiap harinya . Tiap jadwal memiliki rute yang berbeda. Rute untuk hari kerja dan akhir pekan pun berbeda. Waktu itu kami mengambil jadwal yang pertama di hari Jumat. Rute yang kami lalui adalah: House of Sampoerna - Balai Pemuda - Balai Kota - Museum BI - House of Sampoerna. So let's the journey begins.

Perjalanan dimulai dari House of Sampoerna menuju Balai Pemuda. Untuk menuju ke Balai Pemuda yang terletak di Jalan Pemuda, kami harus melalui Jalan Rajawali, Jalan, Tunjungan, Jalan Simpang, dan akhirnya Jalan Simpang Dukuh. Di sepanjang jalan tersebut banyak gedung-gedung tua dengan cerita mereka masing-masing. Salah satu yang paling terkenal adalah Hotel Majapahit atau yang dulu dikenal dengan Hotel Yamato. Di sinilah terjadi insiden penyobekan bendera Belanda yang berwarna merah, putih, biru, menjadi merah putih, bendera Republik Indonesia. Fakta yang mengejutkan adalah apa yang terjadi di balik insiden tersebut? Kenapa arek-arek Surabaya menyobek bendera Belanda, kok bukan menggantinya saja dengan bendera merah putih yang sebenarnya. Efisiensi? Bukan. Simple saja, mereka lupa bawa benderanya. Lol!!! Beneran ini. Kata tour guidenya memang seperti itu yang tercatat pada sejarah. Tapi kalau waktu itu mereka tidak lupa kan tidak jadi seru ya karena tidak ada insiden penyobekan bendera, yang ada insiden penggantian bendera. Salut untuk para pahlawan yang gagah berani.

Balai Pemuda atau De Simpangsche Societeit

Pemberhentian pertama adalah Balai Pemuda. Gedung yang terletak di Jalan Simpang Dukuh ini dulunya adalah tempat berkumpulnya para kumpeni untuk bersantai dan rekreasi, atau sebutannya waktu itu adalah societeit. Namanya dahulu adalah De Simpangsche Societeit. Ada 3 societeit di Surabaya pada jaman Hindia Belanda, dan semuanya bersifat eksklusif. Hanya orang kulit putih saja yang boleh masuk. Semacam politik apartheid di Afrika Selatan. Seiring waktu, peruntukan gedung ini pun berubah. Kalau dulu menjadi tempat rekreasi, sekarang menjadi pusat budaya. Berbagai ajang kesenian kerap digelar di sini.

Salah satu yang menarik akibat dari peralihan fungsi Balai Pemuda adalah masjid yang berada di area tersebut. Kata si tour guide, masjid Balai Pemuda dulunya adalah dapur. De Simpangsche Societeit dulunya memiliki restoran, jadi dapurnya juga cukup besar dan memiliki sebuah tungku yang tinggi. Nah tungkunya itu kini menjadi menara masjid. Fakta yang menarik.

Ketika kami masuk ke area Balai Pemuda, ada kendaraan yang bentuknya mirip sekali dengan Heritage Bus yang kami naiki. Hanya saja warnanya kuning, kalau bus kami berwarna merah. Ternyata itu bus yang dimiliki Pemkot Surabaya untuk program serupa, namun dengan rute yang berbeda. Spot yang dikunjungi lebih banyak dengan durasi perjalanan yang lebih panjang. Tapi kalau mau naik harus bayar Rp 7.500,- per kepala. Kalau program dari House of Sampoerna kan gratis tis. Kalau ingin alternatif wisata yang berbeda tidak ada salahnya untuk dicoba.

Di dalam Balai Pemuda juga terdapat maket kota Surabaya yang berukuran super besar. Desainnya cukup detil sehingga kita seolah-olah sedang melihat google map. 

Maket Raksasa

Dari Balai Pemuda, perjalanan kita lanjutkan ke Balai Kota. Tapi tunggu di postingan selanjutnya ya. Terus mana nih bunker tua dan kaca ajaibnya? Itu juga ada di postingan selanjutnya. So stay tune ya. See you on next posting.

Sumber foto:
1. Arsip pribadi
2. Wikipedia

Rabu, 13 April 2016

Empal Gentong Sesat






Sekitar 1 bulan yang lalu, saya ada perjalanan dinas ke kota Cirebon. Sepanjang perjalanan menuju hotel, saya melihat depot dan warung yang menjual empal gentong. Konon memang empal gentong ini adalah masakan khas dan unggulan dari kota Cirebon, jadi tidak heran kalau di setiap sudut kotanya kita akan sering melihat depot atau warung yang menjual empal gentong.


Saya jadi teringat pengalaman beberapa bulan yang lalu ketika Idul Adha. Waktu itu alhamdulillah dapat jatah daging yang cukup banyak. Bosan dengan masakan yang itu-itu saja, akhirnya saya putuskan untuk dibuat empal gentong saja. Waktu itu saya memang sedang penasaran seperti apa rasanya empal gentong gara-gara lihat acara jalan-jalan di tv. Karena belum ada kesempatan untuk pergi ke Cirebon, ya sudah, tidak ada salahnya untuk bikin sendiri. Tapi yang jadi masalah, tidak ada seorang pun di rumah yang pernah bikin atau makan empal gentong. Akhirnya nekat aja. Berbekal internet dan smartphone, saya mendapatkan resep empal gentong yang cukup simple. Sebagian besar bahan yang sudah dibutuhkan sudah tersedia di kulkas, tinggal melengkapi beberapa bumbu saja, seperti pala dan kayu manis.

Setelah semua bahan dan bumbu yang dibutuhkan tersedia, kini tinggal mengolahnya saja. Karena ini masakan eksperiman, maka saya membutuhkan bantuan ibu saya untuk memasaknya. Meskipun sama-sama belum pernah merasakan empal gentong, paling tidak beliau lebih berpengalaman dalam dunia masak-memasak. Beberapa menit kami berkutat di dapur, menerka-nerka rasa dan penampilan empal gentong yang ideal, berdasarkan petunjuk resep dan gambar di internet.

Tiba pada tahap terakhir, yaitu mendidihkan di dalam kuali. Namun karena kami tidak punya kuali, kami menggunakan wajan yang besar. Di sini mulai timbul perbedaan pendapat antara saya dengan ibu. Kalau melihat dari gambar di internet, menurut saya harusnya empal gentong ini masakan berkuah semacam gulai. Tapi menurut ibu saya, ini adalah makanan yang harus didihkan hingga kuahnya menyusut dan mengental, semacam kare atau semur. Karena takut jadi anak durhaka, dan toh sama-sama tidak tahu empal gentong yang asli, saya nurut saja dengan ibu. 

Akhirnya jadilah empal gentong versi kami, dengan kuahnya yang kental dan tidak terlalu banyak. Dari segi rasa enak juga (ya iyalah, siapa yang masak hahaha...), dan kami sekeluarga pun menikmatinya. Sejak saat itu, yang terekam dalam benak saya adalah bahwa empal gentong itu makanan semacam kare atau semur. Namun ketika akhirnya saya pergi ke Cirebon, dan di sana disuguhkan empal gentong yang sebenarnya, akhirnya saya baru tahu bahwa waktu itu pendapat saya lah yang benar. Empal gentong ternyata memang berkuah cukup banyak, semacam gulai. Ketika pulang dan saya ceritakan ke ibu, beliau tertawa. Ternyata waktu itu kami memasak empal gentong sesat. Tapi kalau dari segi rasa, tidak jauh beda. Jadi ya tidak terlalu sesat juga sih.

Ps: mohon maaf untuk posting kali ini saya tidak bisa menampilkan resep yang saya pakai waktu itu, karena sudah agak lama dan tidak saya simpan. Saya juga belum pernah masak empal gentong lagi semenjak Idul Adha, padahal kami cukup berhasil, hanya agak tersesat sedikit hehehe...

Minggu, 10 April 2016

Merundung

Beberapa hari yang lalu, ada seorang siswa baru di kelas VII-B. Anak tersebut bernama Rendi. Penampilannya rapi, serta memakai sepatu dan jam tangan yang terlihat lebih bagus dibanding anak-anak lain di kelas ini. Ketika guru menyuruhnya untuk memperkenalkan diri, ia tidak banyak berbicara. Hanya menyebutkan nama panjangnya dan kota di mana ia berasal. Ketika istirahat dan anak-anak mencoba untuk beramah tamah dengannya, ia pun juga tidak terlalu banyak bercerita. Hanya tersenyum dan menjawab dengan kalimat-kalimat pendek.

Doni, yang kebetulan duduk di belakang anak baru tersebut, tidak habis pikir dengan sikap Rendi. Dia anak baru, harusnya dia berusaha untuk lebih cepat beradaptasi dengan siswa lain di kelas ini. Kadang-kadang Doni suka menjahili Rendi dengan mencolek telinganya dari belakang atau mengejutkannya saat ia sedang serius. Maksudnya supaya Rendi lebih banyak berbicara. Ternyata usahanya tersebut juga tidak berhasil.

Hari ini ada kelas olahraga, dan semua anak sudah siap di lapangan dengan pakaian olahraga. Doni selalu bersemangat setiap pelajaran olahraga. Semenjak kecil, ia sangat suka dengan olahraga. Karena itu tubuhnya termasuk tinggi dan besar untuk anak-anak seusianya. Ayahnya yang selalu menyemangati Doni untuk rajin berolahraga, sebelum ia meninggal tiga tahun yang lalu.

Pak Iwan, guru olahraga kelas VII, akan mengajarkan tentang drible dan shooting dalam olahraga basket. Setelah menunjukkan beberapa contoh gerakan yang benar, ia kemudian menyuruh setiap anak untuk mempraktikkannya. Doni tanpa kesulitan melakukan gerakan drible dan shooting persis seperti yang ditunjukkan Pak Iwan. Bola yang ia lemparkan tepat masuk ke dalam ring dalam satu kali percobaan. Anak-anak bertepuk tangan dan menyorakinya. Doni tersenyum puas.

Tiba giliran Rendi. Ia terlihat agak canggung dan beberapa kali salah melakukan gerakan. Bola yang ia pantulkan ke lantai, terpental di luar kendalinya. Anak-anak mentertawakannya. Mukanya memerah. Kemudian Pak Iwan menyuruhnya untuk melakukan shooting. Bola basket yang ia lemparkan melesat jauh dari target yang seharusnya dan malah mengenai Pak Iwan. Anak-anak semakin keras tertawa, tak terkecuali Doni. Tidak berselang lama, Pak Iwan menyuruh Rendi untuk push-up sepuluh kali. Hal ini memang sering dilakukan Pak Iwan kalau ada anak yang tidak berhasil melakukan gerakan sesuai instruksi, bukan hanya karena ia baru saja terkena lemparan bola. Rendi melakukan push-up dengan usaha yang keras. Kaki dan tangannya terlihat gemetar menahan badannya sendiri, namun ia berhasil melakukan push-up hingga sepuluh kali sesuai yang diperintahkan.

Siswa laki-laki di kelas VII-B mempunyai rutinitas bermain futsal tiap hari Rabu sepulang sekolah. Doni dan teman-temannya tidak pernah absen dari rutinitas ini. Ia berinisiatif mengajak Rendi. Mungkin ini bisa membuat Rendi dan teman-teman bisa lebih akrab.

"Ren, ayo ikut kita main futsal."

"Wah maaf Don, aku tidak bisa. Habis ini aku ada les piano," jawab Rendi sambil berlalu meninggalkan Doni dan kawan-kawan lainnya.

"Sombong sekali. Lain kali tidak usah diajak lagi," kata salah seorang dari mereka.

"Sudahlah, tidak usah pedulikan dia. Ayo kita segera ke tempat futsal." tukas Doni.

                                                                             ****

Semenjak kejadian terakhir di kelas olahraga, anak-anak kelas VII-B jadi sering mengolok-olok Rendi. Dan hal ini dimotori oleh Doni. Apalagi sejak ajakannya untuk main futsal ditolak oleh Rendi, ia jadi lebih sering berbuat jahil kepada Rendi. Kadang Doni sengaja membuat basah kursi yang diduduk Rendi sehingga ia tampak seolah kencing di celana. Atau saat Doni memasukkan mainan tikus yang terbuat dari karet ke dalam tas Rendi, sehingga saat Rendi membuka tas, ia sangat terkejut dan berteriak kencang, mengira bahwa mainan tersebut adalah tikus asli.

Hampir setiap hari, Rendi menjadi korban keusilan Doni, namun Rendi tidak berdaya menghadapinya. Ukuran badan Doni jauh lebih besar daripada dirinya. Anak-anak yang lain pun tidak ada yang membelanya. Mereka hanya tertawa melihat hasil kerja Doni. Bahkan banyak di antara mereka yang membantu Doni menjalankan rencananya.

Kadang Doni agak khawatir juga, bagaimana kalau Rendi memberitahukan ke salah satu guru atau ke orangtuanya dan Doni kemudian dipanggil. Tapi sampai detik ini, tidak ada panggilan dari pihak sekolah, jadi ia merasa apa yang dilakukannya belum melampaui batas. Hingga suatu hari Rendi tidak masuk sekolah. Doni agak kecewa, karena ia sudah menyiapkan perangkap baru untuk Rendi hari ini. Ia heran juga, karena Rendi selama ini tidak pernah tidak masuk sekolah. Beda dengan dirinya yang terkadang bolos sekolah. Dari rumah pamitnya ke sekolah tapi kemudian belok ke arah persewaan playstation.

Doni tidak terlalu menghiraukan absensi si Rendi. Mungkin ia sedang sakit flu atau malah bolos seperti aku biasanya, pikir Doni. Namun esoknya si Rendi tetap tidak masuk sekolah. Teman-teman yang lain mulai bertanya-tanya ke mana Rendi. Beberapa anak berinisiatif ingin menjenguknya, kalau-kalau ia sakit, tapi ternyata tidak ada yang tahu di mana rumah Rendi. Akhirnya hari-hari berlalu tanpa kehadiran Rendi, dan Doni pun mulai cemas.

                                                                       ****

Sepulang sekolah, Doni dipanggil oleh ibunya untuk membicarakan sesuatu. Suara ibunya terlihat cemas. Apa ada masalah? Doni khawatir jangan-jangan memang telah terjadi sesuatu pada Rendi dan pihak sekolah sudah mengirimkan surat panggilan kepada Ibunya. Namun ternyata dugaannya salah. Ibunya sedang mencemaskan kondisi Shinta, adik perempuan Doni yang masih kelas lima SD.

"Don, adikmu tidak mau sekolah."

"Ha? Kenapa?"

"Ibu juga tidak tahu. Tadi pagi ibu kira dia sakit, kemudian mau ibu bawa ke dokter. Tapi dia bilang dia tidak sakit, dia hanya tidak mau ke sekolah. Ibu tanya kenapa, dia diam saja. Ibu tidak tahu harus bagaimana. Mungkin kau bisa bantu Ibu untuk membujuk adikmu."

Doni pergi ke kamar adiknya. Shinta sedang meringkuk di atas tempat tidur.

"Dek, ini abang bawakan kue kesukaan kamu."

"Iya Bang," jawab Shinta pelan.

"Kenapa? Biasanya kamu paling suka kue ini. Kok sekarang kamu tidak berselera?"

"Tidak apa-apa Bang. Shinta lagi malas ngapa-ngapain."

"Lho kok malas? Kata Ibu kamu hari ini juga tidak sekolah ya? Hayo, masak adik abang bolos."

"Iya Bang. Shinta tidak mau sekolah di situ lagi."

"Kenapa? Guru kamu jahat-jahat?"

"Gurunya sih baik Bang, tapi ada teman Shinta yang jahat."

"Kamu digangguin?"

"Iya Bang, tiap hari Shinta diusilin, diolok-olok. Shinta jadi malas ke sekolah."

"Kenapa tidak bilang ke Ibu atau ke gurumu?"

"Jangan Bang, nanti kalau anaknya ditegur, bisa-bisa malah lebih parah lagi mengganggunya. Mending Shinta pindah saja dari sana."

"Biar Abang yang tangani. Kamu tidak usah takut lagi. Siapapun yang berani bikin adik atau Ibu sedih akan berhadapan dengan Abang. Siapa nama anak itu?"

"Namanya Ken. Yakin Abang mau berkelahi dengan dia?"

"Iya, kenapa tidak? Abang habis ikut ujian kenaikan kelas karate. Akan Abang tangani anak itu."

Esok hari, Doni mengantar adiknya ke sekolah. Dia minta ditunjukkan mana anak yang namanya Ken. Awalnya Shinta tidak mau pergi ke sekolah, namun setelah dijamin oleh Doni bahwa dia akan membereskan masalahnya, akhirnya ia berangkat bersama Doni. Rencananya Doni akan menghampiri Ken dan sedikit menggertaknya. Anak SD pasti takut kalau digertak oleh anak SMP, pikir Doni.

"Yang itu Bang anaknya, baru saja sampai," Shinta menunjuk ke arah mobil sedan yang baru saja berhenti di depan gerbang sekolahnya. Keluarlah seorang anak perempuan dengan rambut kuncir kuda. Dia turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam sekolah. Setelah itu mobil yang mengantarnya langsung pergi lagi.

"Mana? Kok hanya anak perempuan itu saja yang keluar?"

"Ya itu tadi si Ken. Dia memang perempuan. Nama lengkapnya Ken Tantri. Tiap hari dia diantar sopir ke sekolah."

Kacau, ternyata Ken itu perempuan, pikir Doni. Masak ia mau mengancam anak perempuan, masih SD lagi. Doni berpikir keras mencari strategi lain untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi adiknya.

"Bagaimana Bang? Jadi mau memukul Ken?"

"Abang tidak mungkin memukul anak perempuan. Tapi Abang janji akan bantu kamu. Sudah, kamu masuk saja ke kelas, tidak usah takut. Kalau nanti kamu diganggu lagi sama si Ken, kamu harus tegas. Bilang kalau kamu tidak mau diganggu. Misalkan kamu masih diganggu katakan kalau ada Abang yang siap membelamu."

Shinta mengangguk dan berjalan ke arah pintu kelas. Ketika ia hendak masuk, Ken keluar bersama dua orang anak perempuan. Mereka saling berbisik-bisik ketika melewati Shinta. Ia menoleh ke Doni yang masih mengawasinya dan memberinya isyarat untuk masuk ke kelas. Shinta menurutinya. Ia yakin bahwa Abangnya akan membantunya.

Ketiga anak perempuan tadi kebetulan berjalan ke arah Doni. Mereka tidak tahu bahwa Doni adalah kakak Shinta. Ketika sudah dekat, Doni mencegat mereka.

"Kamu yang namanya Ken?"

"Iya Kak, ada apa ya?"

"Kamu yang suka mengganggu Shinta ya?"

"Eh, tidak kok Kak. Siapa yang bilang begitu?" Ken menjawab dengan suara agak bergetar.

"Sudah tidak usah mengelak. Mulai sekarang kamu jangan lagi mengganggu adikku ya. Atau aku laporkan kamu dan teman-temanmu yang suka mengganggu Shinta ke kepala sekolah. Kalau sampai Shinta menangis lagi karena kalian, lihat sendiri nanti akibatnya."

"I-iya kak" Wajah ketiga anak perempuan tersebut pucat.

Satpam yang berjaga di pintu depan mulai memperhatikan mereka. Doni bergegas pergi meninggalkan Ken dan teman-temannya.

                                                                                 ***

Hari ini, bangku Rendi masih terlihat kosong. Kata Bu Windi, wali kelas VII-B, Rendi sedang sakit. Doni jadi khawatir. Dia merasa bersalah, jangan-jangan Rendi tidak masuk sekolah karena alasan yang sama seperti yang dikeluhkan Shinta kepadanya. Jangan-jangan Rendi merasa terganggu oleh teman-temannya sendiri sehingga ia tidak berani untuk ke sekolah. Sesuatu yang bagi seseorang lucu, bisa jadi sangat menyakitkan bagi orang lain. Doni akhirnya sadar bahwa apa yang ia lakukan selama ini kepada Rendi mungkin sudah keterlaluan. Ia mengirim SMS kepada ibunya minta ijin pulang terlambat karena ikut menjenguk teman yang sakit.

                                                                                  ***

Sesampainya di rumah, Doni diajak bicara oleh ibunya lagi. "Terima kasih ya, Shinta sudah mau ke sekolah lagi. Ia juga tidak terlihat sedih. Ada apa sebenarnya kalau Ibu boleh tahu?"

"Shinta mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari beberapa orang temannya, sehingga ia merasa tidak nyaman dan ingin pindah sekolah. Tapi sudah Doni bereskan."

"Ya ampun. Kenapa dia tidak cerita ke Ibu?"

"Dia khawatir kalau nanti Ibu bicara dengan gurunya, kemudian teman-temannya tadi ditegur oleh gurunya, perlakuan teman-temannya akan menjadi lebih parah. Tadi langsung Doni sendiri yang menegur mereka dan cukup berhasil untuk membuat mereka jera."

"Terima kasih ya Don. Ibu tidak tahu harus berbuat apa tanpa kamu. Ibu jadi teringat Ayah. Dia orang yang baik, selalu membantu orang lain, seperti kamu."

Doni terdiam mendengar perkataan ibunya. Ia teringat kondisi Rendi yang baru ia jenguk siang tadi. "Doni bukan orang yang baik seperti yang Ibu kira."

"Lho kenapa begitu? Kamu selalu ada ketika Ibu membutuhkan kamu. Kenapa kamu bilang kamu bukan orang yang baik?"

"Iya Bu. Tadi siang kan Doni menjenguk teman yang sakit. Dia sakit karena Doni."

Ibu mengernyitkan dahi, "kok bisa?"

"Doni selama ini suka mengganggunya. Suka mengolok-oloknya bersama teman-teman, karena dia tidak pandai olahraga dan kurang  bersosialisasi dengan teman-teman yang lain. Awalnya Doni kira itu hal yang lucu, tapi mungkin Doni sudah keterlaluan. Beberapa hari yang lalu teman Doni yang bernama Rendi ini tidak masuk sekolah, ternyata dia sakit. Waktu kami semua menjenguk ke rumahnya, ia tampak terkejut dan khawatir. Kata ibunya akhir-akhir ini dia jadi begitu kalau ada yang menjenguknya. Ibunya diberitahu oleh dokter yang memeriksa Rendi bahwa Rendi sedang stres berat. Stresnya kenapa, dokter maupun ibunya tidak tahu. Saat itulah kami sadar bahwa kami yang menyebabkan dia stres dan sakit. Saat hendak pulang kami semua minta maaf ke dia. Doni juga berjanji akan mengajari dia beberapa teknik bermain basket saat dia masuk lagi, supaya kalau ada pelajaran basket lagi dia tidak kesulitan."

"Kamu memang sudah berbuat salah, tapi kamu sudah berani mengakuinya dan berusaha memperbaikinya. Itu perbuatan yang sangat terpuji anakku. Maafkan Ibu juga ya jika mungkin Ibu selama ini kurang perhatian sehingga kalian berdua mengalami masalah seperti ini."

"Tidak Bu. Mungkin ini memang tahap yang harus kami lalui untuk menjadi lebih dewasa. Ibu selama ini sudah berbuat yang terbaik untuk kami berdua."

                                                                              ***

Beberapa hari kemudian, Rendi sudah masuk sekolah lagi. Ia masuk kelas dengan agak canggung. Anak-anak menyapanya dengan ramah. Ia membalasnya dengan senyum kecil. Kemudian ia melihat ke bangkunya, bersiap-siap jika ada jebakan dari Doni. Tapi yang dilihatnya hanya bangku kosong dengan selembar kertas di atasnya. Dengan ragu-ragu ia membaca tulisan pada kertas tersebut.

"SELAMAT DATANG KEMBALI"

"Selamat datang Rendi," sebuah tepukan yang berat mendarat di bahu Rendi. Ia menoleh dan melihat Doni sudah berada di sampingnya. Ia meraba punggung dan pundaknya seolah-olah ada sesuatu yang menempel di sana.

"Tenang Rendi. Kami tidak akan menjahili kamu lagi. Sudah aku pastikan tidak ada yang akan menjahili kamu. Kalau ada yang melakukan perbuatan jahat terhadapmu, mereka akan berhadapan dengan aku." Doni tersenyum lebar dan merangkul pundak Rendi.

"Terima kasih," Mata Rendi berkaca-kaca mendengar perkataan Doni, "kau adalah teman yang baik."

"Oke. Bereskan mejamu dan persiapkan alat tulismu. Setelah ini kelasnya Bu Dina. Dia tidak suka melihat meja yang berantakan lho."

Masing-masing anak pergi menuju mejanya dan bersiap menyambut pelajaran pertama di hari itu. Doni tersenyum kecil. Ia merasa bahagia karena sudah melakukan sesuatu yang benar





Rabu, 06 April 2016

Self Discovery : To Be Pasion Or Not To Be Pasion

Setelah beberapa hari vacum, akhirnya sempat juga mengisi blog ini lagi. Sebenarnya beberapa hari lalu sudah sempat menulis tentang tempat makan baru di daerah Surabaya Barat, tapi di tengah-tengah proses menulis rasa kantuk tiba-tiba menyerang dengan hebat. Akhirnya karena sudah tidak kuat melawan kehendak tubuh, terhenti di tengah jalan proses penulisannya dan belum saya lanjutkan lagi sampai sekarang. Mungkin di postingan selanjutnya akan saya bahas mengenai topik tersebut,

Akhir-akhir ini memang sedang disibukkan dengan rutinitas sehari-hari, jadi harus bisa menyempatkan walau sebentar untuk menulis di blog. Besok temp
at kerja saya menjadi tuan rumah untuk rapat kerja HRD di wilayah timur Indonesia. Jadi beberapa hari ini tenaga dan pikiran sedang tersedot ke sana untuk mempersiapkan event tersebut, dan kadang pulang agak malam. Sesampainya di rumah tinggal capeknya. Belum lagi saya juga dimintai adik-adik junior di organisasi kampus tempat saya kuliah dulu untuk mengisi pelatihan hari Sabtu besok. Jadinya semakin banyak tanggungan. Namun, overall saya menikmati semua proses ini.

Saya juga akhirnya menemukan bahwa saya sebenarnya sangat enjoy untuk menjalankan peran sebagai event organizer. Saya tidak merasa ahli tapi entah kenapa saya sangat menikmati untuk melakukannya. Merencanakan konsep acara, menyusun jadwal pelaksanaan, berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, menentukan detil-detil yang dibutuhkan, dan memastikan eksekusi berjalan dengan baik, semua itu bagi saya kegiatan yang menantang seluruh kemampuan saya dan membuat saya untuk terus belajar hal-hal baru. Capek sih, tapi puas rasanya ketika melihat suatu acara bisa berjalan dengan lancar. Segala jerih payah yang tercurahkan seolah terbayar dengan eksekusi acara sesuai dengan yang kita bayangkan. Meskipun kadangkala beberapa hal tidak berjalan sesuai ekspektasi, namun kejutan-kejutan yang terjadi pada setiap acara semakin membuat saya penasaran untuk memperbaiki kualitas kerja yang saya hasilkan. Entah apakah yang seperti itu disebut passion? Karena jujur kadang saya juga agak bingung ketika ditanya apa passion saya. Hobi sih ada beberapa tapi tidak tahu juga apakah hobi-hobi saya tersebut bisa dibilang passion atau tidak.

Sekian dulu tulisan saya hari ini. Setelah ini saya akan merampungkan materi presentasi untuk pelatihan di hari Sabtu. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya

Minggu, 03 April 2016

Saus Tartar!!!

Saus Tartar!!! Pernah dengar ungkapan tersebut? Benar sekali, kita sering mendengarnya diucapkan oleh Mr. Krab di serial Spongebob Squarepants. Dulu saya penasaran seperti apakah saus tartar itu? Apakah ada hubungannya dengan bangsa Tartar di Siberia? Menurut Wikipedia, nama saus Tartar memang diambil dari nama suku Tatar (yang kadang juga dieja Tartar) karena teksturnya yang tidak mulus. Saya juga kurang paham dengan penjelasan dari Wikipedia tersebut. Tapi itu penjelasan dari Wikipedia Bahasa Indonesia. Kalau Anda melihat yang versi Bahasa Inggris, penjelasannya lebih detil. Bangsa Tatar sendiri sebenarnya tidak ada hubungannya dengan saus tartar. Mereka tidak menciptakan saus tersebut. Lalu bagaimana mereka bisa memiliki nama yang sama? Silahkan baca lebih lanjut di sini https://en.wikipedia.org/wiki/Tartar_sauce

Masih menurut Wikipedia, saus tartar ini sering digunakan untuk mendampingi berbagai makanan olahan dari laut atau sering kita sebut seafood. Saya sendiri baru mencoba saus tartar ketika makan fish 'n chips di McD. Rasanya unik, campuran antara asin, gurih, manis, dan masam. Teksturnya lembut tapi seperti mengandung gumpalan-gumpalan kecil di dalamnya. Penasaran terbuat dari apakah saus tartar ini, saya browsing-browsing di internet untuk mencari tahu. Setelah mendapatkan informasi yang cukup, saya memutuskan untuk mempraktikkan sendiri cara membuatnya, lengkap dengan fish 'n chip sekalian. Ya soalnya kalau hanya bikin saus tartarnya saja untuk apa? Masak mau dimakan pakai nasi?

Bahan-bahannya ternyata cukup sederhana dan mudah didapat. Bahan utamanya adalah mayonaise, telur ayam (direbus dan dihaluskan), cuka (bisa diganti dengan air perasan lemon atau jeruk nipis), bawang bombay (dicincang halus), susu kental manis, dan tentunya garam dan merica. Anda dapat menambahkan potongan daun parsley jika ingin membuatnya tampak lebih menarik, tapi ini tidak harus. Anda tinggal mencampurkan semua bahan tadi menjadi satu dan voila, jadi deh.

Untuk fish 'n chip, saya siapkan tersendiri. Saya menggunakan fillet ikan sirip kuning, tapi umumnya ikan dori atau ikan cod yang lebih sering dipakai. Lumuri fillet ikan dengan air perasan lemon atau jeruk nipis, serta garam dan merica, kemudian diamkan selama 10 menit. Sementara itu, Anda bisa menyiapkan larutan tepungnya. Campurkan tepung bumbu serbaguna dengan baking powder dan air soda (yang rasanya netral, kalau tidak ikan anda nanti akan berasa seperti buah-buahan). Aduk rata hingga menjadi larutan tepung yang kental. Ambil fillet ikan yang sudah direndam dan masukkan ke dalam larutan tepung hingga merata. Kemudian masukkan ke dalam wadah lain yang berisi tepung bumbu kering. Lumuri hingga tepung kering merata pada fillet ikan. Setelah itu gorenglah fillet ikan yang sudah berlumur larutan tepung dan tepung kering dalam minyak yang banyak (fillet ikan harus terendam dalam minyak) dan menggunakan api sedang. Setelah matang, tiriskan dan taruhlah di atas piring yang sudah diberi kertas minyak atau tissue di atasnya. Untuk kentangnya, saya beli di restoran cepat saji terdekat karena lebih praktis hehehe....

Ini gambar fish 'n chip dari internet
Ini hasil buatan saya. Tidak jauh beda kan? :D
Kalau sudah matang semua, Anda tinggal menyajikan fillet ikan yang digoreng bersama dengan potongan kentang goreng (french fries) dan cocolan saus tartar. Oh ya, tadi karena masih tersisa air soda untuk membuat larutan tepung, saya gunakan untuk membuat minuman. Saya campurkan dengan sirup jeruk nipis yang saya dapat dari Cirebon, kemudian tambahkan sedikit gula dan air, lalu tambahkan es batu. Jadi deh minuman dingin menyegarkan untuk menemani makan fish 'n chip. Bon appetite!

Sabtu, 02 April 2016

Bugar dengan Freeletics

Seminggu yang lalu saya diajak oleh seorang rekan untuk ikut latihan freeletics. Waktu itu saya tidak tahu apa itu freeletics. "Sudah ikut saja," kata teman saya.
Sesuai yang disepakati, saya pun datang ke alun-alun Sidoarjo pada pk 16.30. Ternyata saya sudah agak terlambat. Sesampainya di sana teman saya dan beberapa teman-temannya sudah selesai latihan. Saya perhatikan ternyata freeletics seperti calisthenics. Olahraga yang bertujuan memperkuat otot tubuh tapi tidak menggunakan alat tertentu, hanya mengandalkan pada massa tubuh dan gravitasi. Saya tanyakan ke teman saya, apa bedanya freeletics dengan calisthenics? Atau keduanya memang sama? Teman saya bilang bahwa freeletics adalah cabang dari calisthenics, tapi dia tidak menjelaskan lebih dalam lagi. Ya pada intinya sama-sama olahraga untuk kebugaran dan kekuatan otot.
Karena saya datangnya waktu itu sudah terlalu sore, maka saya tidak jadi ikut latihan. Kata teman saya kalau ingin ikut latihan lagi silahkan saja datang di hari rabu malam atau hari sabtu pagi.
Sabtu berikutnya (hari ini) saya putuskan datang. Saya celingak-celinguk mencari teman saya tidak kelihatan. Terlihat ada beberapa orang yang memang sedang latihan tapi saya tidak melihat teman saya. Ada salah seorang dari mereka yang menghampiri saya dan bilang kalau mau ikut latihan langsung gabung saja. Ternyata teman saya sedang ada keperluan jadi tidak bisa hadir di latihan hari ini. Akhirnya saya tetap ikut pelatihan saja karena penasaran dengan freeletics.
Karena saya datang agak terlambat (lagi) saya diberi pengarahan tersendiri. Peserta yang lain sudah masuk gerakan inti, sedangkan saya masih belum pemanasan. Salah seorang instrukturnya mengajari saya melakukan pemanasan. Awal-awalnya masih oke, hanya peregangan biasa. Kemudian semakin lama, gerakannya semakin ekstrim (bagi saya). Dan itu masih belum seberapa. Gerakan intinya jauh lebih ekstrim.
Sebenernya gerakan-gerakannya hanya push up, squad, dll tapi dilakukan secara repetitif dalam 3 ronde. Semakin besar rondenya, semakin banyak repetitifnya. Hanya saja, bagi saya yang jarang olahraga, ini tentu adalah cobaan yang berat. Waktu melihat instrukturnya memeragakan gerakan, sepertinya mudah. Tapi begitu mempraktikkan sendiri, langsung deh terasa capeknya. Baru beberapa gerakan saya sudah ngos-ngosan. "Kalau tidak kuat, bisa berhenti sebentar," kata salah satu peserta di samping saya. Karena gengsi dibilang tidak kuat, saya tetap melanjutkan. Tapi apa daya, tubuh sudah kelelahan akhirnya berhenti juga.
Ketika rehat dari ronde 2 ke ronde 3, saya kok merasa agak pusing. Saya berhenti sebentar. Sampai rehatnya selesai kok masih pusing, akhirnya saya tidak ikut ronde 3. Malah perut saya jadi agak mual-mual. Ingin muntah tapi tidaj bisa keluar. Apa karena tadi belum sarapan, pikir saya. Tapi kata salah satu peserta yang sudah ikut latihan freeletics beberapa kali, gejala seperti itu lumrah bagi pemula karena tubuh kita sedang beradaptasi. Nanti kalau latihanya sudah lebih sering, gejala tsb akan hilang dengan sendirinya.
Ronde 3 pun selesai tanpa saya. Setelah itu dilanjutkan dengan pendinginan. Ternyata pendinginannya dengan gerakan yoga. Karena di rumah sudah sering latihan yoga secara otodidak, hal ini tidak menjadi masalah bagi saya. Peserta yang lain terlihat agak kaku dan canggung ketika melakukan yoga. Di antara semua sesi latihan, ini yang paling menyegarkan. Bisa relakasasi di taman kota, belum pernah saya melakukannya.
Dengan berakhirnya sesi pendinginan, berakhir pulalah latihan hari ini. Setelah itu peserta saling beramah tamah satu sama lain. Peserta yang lain kebanyakan tampaknya usianya lebih muda dari saya. Untungnya wajah saya awet muda jadi tidak merasa paling tua hehehe...
Freeletics ternyata olahraga yang cukup berat, bagi mereka yang tidak terbiasa melakukan. Tapi kalau sudah sering latihan, tentunya terasa ringan. Teman saya malah katanya bisa push up sampai 1000x dan belum ada yang mengalahkan rekornya. Luar biasa.
Teman saya ini juga merupakan salah satu pendiri komunitas freeletics sidoarjo. Sebelumnya dia ikut yang di Surabaya, kemudian dia dan beberapa rekan lain yang berdomisili di Sidoarjo memutuskan untuk membuka cabang di Sidoarjo. Usia komunitasnya sendiri masih muda, belum ada 1 tahun. Tapi anggotanya sejauh ini sudah sampai sekitar 25 orang.
Jadi demikian pengalaman saya mencoba freeletics untuk pertama kalinya. Rasanya luar biasa... Dan sekarang tinggal terasa capeknya. Tapi insya Allah jangka panjang akan terasa manfaatnya. Sampai jumpa di latihan berikutnya