Kamis, 14 April 2016

Bunker Tua dan Kaca Ajaib (part 1)

Dari judul di atas sepertinya postingan saya kali ini agak berbau mistis ya? Padahal tidak sama sekali. Hanya saja saat saya menulis postingan ini, saya sambil mendengarkan soundtrack dari filmnya Tim Burton yang berjudul Corpse Bride. Jadi agak creepy bin spooky gitu. Tapi jangan khawatir, tetap ada hubungannya kok antara judul di atas dengan isi postingan kali ini.

Pada postingan saya yang lalu, saya sempat menceritakan bahwa saya sedang sibuk mempersiapkan meeting HRD di wilayah Indonesia Timur. Jadi akan ada beberapa manajer HRD dari luar propinsi yang akan datang ke kantor saya. Oke kita tidak akan membahas meetingnya. Bagian yang menarik adalah di hari ke-2 (fyi, meetingnya memang cuman 2 hari), ada agenda city tour. City tour di Surabaya, apa menariknya? Sudah panas, macet, banyak polusi, mau lihat apaan? Eits, jangan salah. Di Surabaya ada yang namanya Heritage Bus. Ini adalah program wisata yang diprakarsai oleh House of Sampoerna, sebuah museum di Surabaya Utara yang menampilkan sejarah rokok di Indonesia serta sejarah dari PT HM Sampoerna sendiri.

Nama programnya adalah Surabaya Heritage Track. Wisatawan diajak berkeliling ke beberapa daerah bersejarah di Surabaya, menaiki sebuah bus yang dimodel seperti trem listrik yang pernah populer di jamannya, sambil dijelaskan mengenai sejarah di balik ikon-ikon sejarah kota Surabaya. Seems boring? Jangan su'udzon dulu. Banyak cerita menarik yang tidak kita duga dibalik bangunan-bangunan bersejarah tersebut. Apalagi tour guidenya juga menjelaskan dengan gaya yang menarik.

Heritage Bus

Suasana di dalam bus. Maafkan gambarnya kurang terang

Tournya sendiri terbagi menjadi tiga jadwal setiap harinya . Tiap jadwal memiliki rute yang berbeda. Rute untuk hari kerja dan akhir pekan pun berbeda. Waktu itu kami mengambil jadwal yang pertama di hari Jumat. Rute yang kami lalui adalah: House of Sampoerna - Balai Pemuda - Balai Kota - Museum BI - House of Sampoerna. So let's the journey begins.

Perjalanan dimulai dari House of Sampoerna menuju Balai Pemuda. Untuk menuju ke Balai Pemuda yang terletak di Jalan Pemuda, kami harus melalui Jalan Rajawali, Jalan, Tunjungan, Jalan Simpang, dan akhirnya Jalan Simpang Dukuh. Di sepanjang jalan tersebut banyak gedung-gedung tua dengan cerita mereka masing-masing. Salah satu yang paling terkenal adalah Hotel Majapahit atau yang dulu dikenal dengan Hotel Yamato. Di sinilah terjadi insiden penyobekan bendera Belanda yang berwarna merah, putih, biru, menjadi merah putih, bendera Republik Indonesia. Fakta yang mengejutkan adalah apa yang terjadi di balik insiden tersebut? Kenapa arek-arek Surabaya menyobek bendera Belanda, kok bukan menggantinya saja dengan bendera merah putih yang sebenarnya. Efisiensi? Bukan. Simple saja, mereka lupa bawa benderanya. Lol!!! Beneran ini. Kata tour guidenya memang seperti itu yang tercatat pada sejarah. Tapi kalau waktu itu mereka tidak lupa kan tidak jadi seru ya karena tidak ada insiden penyobekan bendera, yang ada insiden penggantian bendera. Salut untuk para pahlawan yang gagah berani.

Balai Pemuda atau De Simpangsche Societeit

Pemberhentian pertama adalah Balai Pemuda. Gedung yang terletak di Jalan Simpang Dukuh ini dulunya adalah tempat berkumpulnya para kumpeni untuk bersantai dan rekreasi, atau sebutannya waktu itu adalah societeit. Namanya dahulu adalah De Simpangsche Societeit. Ada 3 societeit di Surabaya pada jaman Hindia Belanda, dan semuanya bersifat eksklusif. Hanya orang kulit putih saja yang boleh masuk. Semacam politik apartheid di Afrika Selatan. Seiring waktu, peruntukan gedung ini pun berubah. Kalau dulu menjadi tempat rekreasi, sekarang menjadi pusat budaya. Berbagai ajang kesenian kerap digelar di sini.

Salah satu yang menarik akibat dari peralihan fungsi Balai Pemuda adalah masjid yang berada di area tersebut. Kata si tour guide, masjid Balai Pemuda dulunya adalah dapur. De Simpangsche Societeit dulunya memiliki restoran, jadi dapurnya juga cukup besar dan memiliki sebuah tungku yang tinggi. Nah tungkunya itu kini menjadi menara masjid. Fakta yang menarik.

Ketika kami masuk ke area Balai Pemuda, ada kendaraan yang bentuknya mirip sekali dengan Heritage Bus yang kami naiki. Hanya saja warnanya kuning, kalau bus kami berwarna merah. Ternyata itu bus yang dimiliki Pemkot Surabaya untuk program serupa, namun dengan rute yang berbeda. Spot yang dikunjungi lebih banyak dengan durasi perjalanan yang lebih panjang. Tapi kalau mau naik harus bayar Rp 7.500,- per kepala. Kalau program dari House of Sampoerna kan gratis tis. Kalau ingin alternatif wisata yang berbeda tidak ada salahnya untuk dicoba.

Di dalam Balai Pemuda juga terdapat maket kota Surabaya yang berukuran super besar. Desainnya cukup detil sehingga kita seolah-olah sedang melihat google map. 

Maket Raksasa

Dari Balai Pemuda, perjalanan kita lanjutkan ke Balai Kota. Tapi tunggu di postingan selanjutnya ya. Terus mana nih bunker tua dan kaca ajaibnya? Itu juga ada di postingan selanjutnya. So stay tune ya. See you on next posting.

Sumber foto:
1. Arsip pribadi
2. Wikipedia

6 komentar:

siswantyaningsih mengatakan...

Berasa seperti baru mengenal kota saya hehehe.....

Unknown mengatakan...

Wah iya lho wan. Aku sendiri jg jd merasa byk bgt yg aku blm tau ttg sby. Kyk kata pepatah, smkn kita byk tahu semakin kita sadar bahwa kita sebenernya tdk tahu apa2 selama ini

Unknown mengatakan...

Kangen dolan nak SBY :'(

Unknown mengatakan...

Ayo main ke sby mbak eka

Unknown mengatakan...

sayang nya aku telat... hiks hiks...

Unknown mengatakan...

Naik sendiri aja mas eryk. Booking dulu ke house of sampoerna. Nanti bisa ajak keluarga. Atau mau jalan2 bareng tmn2 PGA?